Mengapa Stunting Masih Ditemukan di Daerah Perkotaan? Ini Analisa Dokter

Tidak hanya di desa desa, stunting juga masih ditemukan di daerah perkotaan. Padahal, daerah perkotaan dekat dengan akses dan pelayanan kesehatan. Lantas kenapa anak anak perkotaan tetap berisiko alami stunting?

Terkait hal ini, Chief Operating Officer (COO) 1000 Days Fund sekaligus dokter umum, dr Rindang Asmara, MPH mengungkapkan kenapa stunting juga bisa terjadi di kota. Rafael Struick Disepelekan ADO Den Haag sebelum Pulang ke Timnas Indonesia Halaman 3 Hari Ini, Kadis DLHK Aceh A Hanan Dilantik jadi Pj Wali Kota Lhokseumawe Serambinews.com

Kini Tol JORR 2 Punya Tambahan Dua Ruas Tol Beroperasi Bocoran Kegiatan Anies di Kota Serang Hari Ini, Bakal Datangi 2 Tempat, Disambut Ribuan Pendukung? Kembali Geledah Barang Milik Rohingya di BMA Banda Aceh, Polisi Temukan 15 Ponsel

Rifli Katili Calon Kuat Pj Wali Kota Gorontalo, Diusulkan oleh Pemprov dan DPRD Lama Dirumorkan ke PSIS, Kiper Timnas U 17 Indonesia Catatkan Debut Lebih Dulu untuk Semen Padang Bolasport.com Laut Merah Membara, Arab Saudi Diuji: Tunduk Pada Perintah AS atau Berdamai dengan Yaman Halaman 3

Kurangnya literasi membuat perilaku hidup sehat tidak tercerminkan dalam kehidupan sehari hari. Menurutnya kasus ini terbilang sama dengan masyarakat yang berada di daerah pedesaan. Warga punya makanan dan akses kesehatan yang diberikan oleh pemerintah secara gratis.

Di antaranya seperti vaksinasi, obat cacing, vitamin A, zat besi, dan lainnya. "Tetapi tidak semuanya mau mengakses karena tidak semuanya mengerti," kata dr Rindang. Stunting di daerah perkotaan bisa juga berkaitan dengan makanan ultra proses.

Makanan ultra proses adalah kategori makanan kemasan yang paling banyak mengalami perubahan dari keadaan aslinya. "Sangat, diperkotaan mau pun di desa sangat mudah didapat," tambah dr Rindang. Selain itu, bisa juga disebabkan karena social norm atau standar yang ada di lingkungan tersebut.

"Jadi (seperti) anak anak lain beli itu. Kok aku gak ikutan jajan, atau mungkin orangtuanya, kasihan anak ku. Anak orang lain bisa beli, masa saya gak beli," paparnya. Padahal saat anak mengonsumsi makan ultra proses otaknya akan memberitahu pada tubuh jika makanan itu mengandung tinggi gula. Lalu otak akan memberi tahu tubuh bahwa dirinya tidak lapar.

Sehingga ketika dikasih makanan, anak tidak mau makan. "Orangtua akan menganggap anak susah makan. Padahal sebelumnya ibu kasih apa? Kasih es krim, kasih fast food, makanan manis dan lainnya. Wajar anak gak mau makan," pungkasnya. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *